Nurul, panggilan untuk seorang sahabat yang terpercaya buat Rina. Nurul
yang kocak dan tomboy itu, sangat berbeda dengan karakter Rina yang feminim dan
lugu. Mereka bertemu di salah satu asrama di sekolah mereka.Saat dihari jadi Rina, Nurul pamit ke pasar malam untuk mengambil sesuatu
yang sudah dipesan buat sahabatnya itu. Rina menyetujuinya, dia pun menunggu
Nurul hingga tengah malam menjelang. Rina yang mulai khawatir terhadap Nurul
menyusul kepasar malam, hingga dia melihat yang seharusnya dia tidak lihat .
Apa yang dilihat Rina? Dan apa yang terjadi dengan Nurul?
“Ih…nggak nyangka aku lulus juga, SMA lanjut dimana yah?” Ujarnya kegirangan
langsung memikirkan SMA mana yang pantas buat dia.
“Hai Ca, kamu lanjut dimana ntar?” Tanya seorang temannya
“Dimana ajalah yang penting bisa sekolah, hehehe” Jawab Rina asal-asalan
“Oooo…ya udah, aku pulang dulu yah”
“Yah, aku juga dah mau pulang”
Sesampainya dirumah Rina…
Rina memberi salam masuk rumahnya dan langsung menuju kamar mungilnya. Dalam
perjalanan menuju kamarnya, dia melihat Ayah dan Ibunya berbicara dengan
seorang Udstazt ntah tentang apa. Rina yang cuek berjalan terus kekamarnya. Tak
lama kemudian Ibu Rina pun memanggil….
“Rina…Ayah ma Ibu mau bicara, cepat ganti baju nak”
“Iya bu, bentar lagi” Jawab Rina dari dalam kamarnya.
Akhirnya Rina pun keluar…
“Napa bu?” Tanya sambil duduk disamping Ibunya
“Kamu lulus?” Tanya Ibunya kembali
“Iya dong bu, nama Rina urutan kedua malah. Pasti Rina bebas tes kalo masuk di
sekolah ternama deh” Jawab Rina percaya diri
“Alhamdulillah, ehm…” Ucapan Ibu terhenti sejenak
“Kenapa bu? Bukankah itu bagus?” Tanya Rina lagi sambil melihat Ibunya
“Gini nak, kamu dak mau masuk asrama?” Tanya Ibu Rina sangat hati-hati
“Loh ko’ ada asrama-asramaan sih bu?” Ujar Rina yang tanggapannya tentang
asrama kurang bagus
“Di asrama itu bagus Ca, bisa mandiri dan yang lebih bagus lagi bisa tinggal
bareng teman-teman, tadi udstdz tadi ngomong kalo pendidikan agamanya disekolah
asrama juga bagus” Kata Ayah Rina menjelaskan dan berusaha mengambil hati
anaknya itu
“Yaaaah ayah, terserah deh” Ucap Rina pasrah tidak ada niat untuk melawan
ayahnya tersayang
2 bulan telah berlalu, setelah mengurus semuanya untuk memasuki asrama…
Rina pun memasuki sekolah asrama yang telah diurus oleh Ayahnya, Rina berjalan
di serambi-serambi asrama bareng Ayah dan Ibunya menuju asrama yang telah
ditunjukkan untuknya. Akhirnya sampai juga….
“Ayah, ini asrama Rina?” Tanya Rina dengan raut wajah yang tidak setuju
“Iya, kenapa?” Jawab Ayah Rina dan kembali bertanya
“Tidak kenapa-napa ko’, namanya juga belajar mandiri” Ucap Rina tidak
menginginkan kata-katanya menyinggung Ayahnya.
“Jadi ayah tinggal nih?”Ujar Ayah Rina
“Iya ayah, Rina kan mau mandiri masa’ Rina nyuruh ayah nginap juga sih?” Kata Rina
sedikit bercanda
“Ya Udah, Ayah tinggal dulu”
“Baik-baik ya anak Ibu, jangan nakal” Ujar Ibu berpesan
Akhirnya beliau pergi juga setelah cipika cipiki, sekarang tinggal Rina yang
merasa asing terhadap penghuni kamar 2 itu. Ada 4 orang termasuk Rina, yang 2
orang lainnya pun merasa seperti yang dirasakan Rina, kecuali cewe’ ditempat tidur
itu kaya’nya dia senior deh.
“Hai..Siswi baru juga yah?” Tanya Rina ke seorang yang agak tomboy tapi
berambut panjang lurus
“Hai juga..Iyah aku baru disini, namaku Nurul Utami, bisa dipanggil Nurul dan
itu kaka’ aku Salsabila udah setahun disini” Jawab orang itu menjelaskan tanpa
diminta dan mengaku dirinya bernama Nurul, sambil menunjuk kearah seorang yang
tidur-tiduran tadi.
“Aku Arina Nur Fadhilah, bisa dipanggil Rina. Ooo pantas reaksinya biasa-biasa
aja ama nih kamar, trus yang ntu sapa?” Tanya Rina lagi sambil menunjuk ke
orang yang lagi asik membereskan baju-bajunya kelemari mungilnya
“Ntah lah, orang baru juga tuh” Jawab Nurul berjalan mendekati orang yang
dimaksud Rina
“Hai aku Nurul, itu temanku Tata dan itu kaka’ku Salsa, kamu siapa?” Tanya
Nurul dengan cerewetnya plus asal-asalan.
“Woi…aku Rina, bukan Tata” Teriakku protes sambil manyun-manyun
“Iya..iya.., itu Rina. Kamu belum jawab nama kamu sapa?” Tanya Nurul lagi
“Aku Miftahul Jannah, bisa dipanggil Mita” Jawab Mita dengan senyuman yang
muanis sangat. Nurul pun membalas senyum itu dengan senyuman yang hangat pula
dan sikap yang sangat bersahabat.
Sekarang Rina tau kenapa dia akan betah di kamar asrama ini, yah karena ada
Nurul yang gokil banget. Suatu ketika Rina lagi nggak semangat, pasti ada Nurul
dengan sikap konyolnya membuat Rina tertawa. Dan disaat Rina lagi mengalami
kasmaran ada Nurul sebagai teman curhatnya. Seperti saat ini….
“Rul, ada nomer baru neh masuk dihape aku, katanya nama dia Ical, dia kenal aku
dah lama dan sekarang dia cari rimba aku dimana gitu” Cerita Rina membuat Nurul
kelepasan
“Ha..ha..ha..ha..ha..ha.., beritahu aja dari hutan rimba”
“Nurul, aku serius tau”
“Aku duarius, ha..ha..ha”
“Nurul kamu ngebete’in”
“sori.. sori.., gini.. kamu jangan langsung termakan gombal dia gitu, ntar
dijahatin baru tau rasa” Ucap Nurul menasehati, mirip ibu-ibu ‘hihihi’
“Ntar kalo aku termakan gombal, yah minum ajah teh botol sosro” Ujar Rina
dengan lagak menirukan iklan yang di TV dan bisa membuat Nurul jengkelan
“Kamu ini diseriusin malah becanda”
“Duluan juga kamu Rul, ha..ha..ha..” Kata-kata Rina rupanya membuat malapetaka
bagi dirinya itu, yakni dengan adanya serbuan bantal dari Nurul. Kedua sahabat
itupun saling lempar-lempar bantal hingga akhirnya mereka kecapean dan tertidur
juga.
“Damainya dunia kalo mereka tidur” Ujar Salsa kaka’ Nurul yang dari tadi memperhatikan
mereka
Seminggu kemudian……..
“Nuruuuul, tau ga’ aku jadian ma Ical pagi ini. Rupanya tuh orang temen aku
dari SMP, aku jadiannya di café punya Meri, ih senang deh” Cerita Rina
“Eh cepat banget, tapi baguslah,ehmm awas kalo dia kurang ajar, ntar aku yang
ngajarin dia, he..he..he..” Tanggap Nurul senyum-senyum
“Siplah, eh Ical punya teman cuakep abis, aku comblangin ke kamu yah” Usul Rina
“Nggak Ah, masih senang dengan masa juomblo” Kata Nurul
“Jomblo, bukan juomblo” Ucap Rina membenarkan
“Iya…iya…yang itulah, he..he..he..” Kata Nurul
“Kamu harus kenalan ma Ical, supaya sahabatku bisa ngedukung sepenuhnya” Ujar Rina
“iya..iya.. Ntar kalo dia nelfon, kenalin aja ke aku” Ucap Nurul
mengangguk-angguk
Begitu seterusnya, Rina curhat terus tentang Ical ke Nurul, memperkenalkan Ical
ke Nurul, hingga tak terasa berjalan 2 bulan
“Nuruuuuuuuuuuuuul… bangun bangun banguuuuun, dah magrib” Teriakan Rina
ditelinga Nurul itu betul-betul memekakan telinga.
“Apaan sih Ca? Udah bangunin orang tanpa pamit, belom gosok gigi lagi” Ujar
Nurul jengkel
“Sori dori ye…ini Rul si Ical sms neh katanya ada kejutan buat aku. Duh apa
yah?” Tanya Rina nutup mukanya sendiri
“Meneketehe…” Jawab Nurul cuek abis angkat bahu
“Ih Nurul, tanggapin donk. Buat sahabat kamu dikit senang bisa nggak sih?” Kata
Rina mengguncang tubuh Nurul
“Caranya?” Tanya Nurul sambil menguap
“Puji ke’ ato apalah, yang penting aku bisa senang giitu” Jawab Rina
milih-milih
“o iya, ada cara” Kata Nurul tiba-tiba
“Nah tuh kan ada” Ujar Rina menunggu sambil senyum-senyum
“Iya ada, bantu beresin lemari buku aku” Ucap Nurul membuat Rina manyun
“Ga da yang lain yah?” Tawar Rina
“Ga da, ayolah Ca… Aku juga punya kejutan buat kamu besok, gimana?” Ucap Nurul
kembali menawar sambil bangun dari tempat tidurnya
“Okelah…demi kejutan” Kata Rina menyetujui
Mereka berdua pun membereskan lemari buku milik Nurul. Terlihat Nurul memutar
otaknya, memikirkan apa yang akan diberikan untuk sahabatnya besok. Yah besok
hari jadi Rina yang ke-17 biasa juga disebut sweet seventeen, dimana Rina
memasuki awal umur yang dewasa, jadi harus sesempurna mungkin. Sementara itu Rina
yang selagi membereskan buku-buku Nurul dengan susunan yang rapi, sinar matanya
malah terpaut pada satu buku lucu, imut dan wow…! warna pink, kesukaan Rina
banget. Rina tidak menyangka kalau Nurul peranakan tomboy itu pelihara buku
yang imut banget. Rina mengambil buku itu dan membaca sampulnya “My DiarY”. Rina
senyum-senyum, pikirnya bahwa bisa juga cewe’ setomboy Nurul punya diary.
“Rul, diary kamu nih?” tanya Rina
Nurulpun balik “Iya…diary aku banget”
“Buat aku ya Rul” Pinta Rina dengan sejuta raut wajah imutnya
“Kamu mau?” Tanya Nurul
“Ya iyalah, ga’ mungkin dong aku minta kalo aku kaga’ mau” Jawab Rina
berpanjang lebar
“Ntar aku selesaiin isinya baru aku kasi ke kamu” Ujar Nurul
“Ayolah Rul” Rengek Rina yang super manja
“Aku janji Ca, buku tuh pasti kamu miliki. Sini bukunya” Pinta Nurul usai
berjanji
“Nurul pelit” Kata Rina ngambek
“Aku kan dah janji Ca”
“Janji yah?” Ujar Rina meyakinkan sambil mengacungkan kelingkingnya
“Janji..! Lanjut yuk” Kata Nurul Sambil mengapit jari Rina dengan jari
kelingkingnya
“Iyah…Eh, Rul besok ada PR. Kamu dah jadi belom?” Tanya Rina kemudian
“Belom, aku nyontek punyamu boleh?”
“Ya boleh lah”
“Aku juga titip besok dikumpulin, boleh?”
“Boleh…eh mangnya kamu mau kemana Rul?” Tanya Rina lagi
“Anak kecil ga boleh tau” Jawab Nurul
“Uh…k’ Salsa, Nurul besok mau kemana?” Tanya Rina ke Salsa yang sedang
tidur-tiduran
“Ga tau juga” Jawab Salsa angkat bahu
“Berarti k’ Salsa anak kecil juga donk, hi..hi..hi..” Bisik Rina sambil
cekikikan
“Udah, kalian tidur. Ntar penjaga asrama kontrol, tau ga tidur dimarahi loh”
Ujar Salsa
“Eh…Mita dimana k’?” Tanya Nurul ke Salsa
“Tadi pamit ke asrama sebelah nginap” Keburu Rina jawab
“Sapa juga yang nanya kamu?”Tanya Nurul
“O…bukan aku yah? Abis panggil kaka’ sih, kira aku. He..he..he” Kata Rina
“Anak kecil bisanya ngerasa doank” Ujar Nurul mencibir
“Biarin…weak…aku bobo duluan yah?”Kata Rina sambil menguap dan bersiap-siap
ditempat tidurnya
“Akhirnya tenang juga” Ucap Nurul seakan-akan kekacauan sudah berakhir. Diapun
bergegas ke tempat tidurnya dan membuka buku diarynya, dia menulis sesuatu
dibukunya itu. Malam semakin larut, Nurul melihat jam wekernya yang menunjukkan
pukul 01.30, lama kemudian akhirnya tertidur juga sesudah dia merapikan buku
diarynya dan menyimpan di bawah bantalnya.
Keesokan harinya…….
Hari itu tampak cerah, Rina pergi kesekolah tanpa ditemani Nurul tidak seperti
kemarin-kemarin. Nurul mesti pergi kesuatu tempat yang penting dan Rina tak
boleh tau rencananya itu. Rina disekolah yang sebangku dengan Nurul mesti
memeras otak sendiri tanpa ada teman yang diajak diskusi. Sampai bel pulang
sekolah pun berbunyi, belum ada kabar dari Nurul. Salsa yang ditanya hanya
angkat bahu.
“Duh dah sore gini ko’ Nurul belum hubungi aku sih?” Gumam Rina sambil
mencet-mencet hape dan ketika nomor Nurul yang didapat, Rina pun berniat
menelpon
“Nomor yang anda tuju…..” Jawaban telpon di seberang langsung ditutup oleh Rina
sambil berceloteh “Operator, dimana tuh orang? Nomer dak diaktifin lagi”
Rina pun masih sabar menunggu hingga malam pun larut. “Aku harus nyusul Nurul
nih” Ujarnya sambil narik swetearnya dari jemuran dan pamit ke Salsa. Rina naik
angkot ke pasar malam, dalam perjalanan pun dia rasa melihat 2 seorang yang
sangat dia kenal di sebuah cafe. Rina langsung turun dengan muka yang merah
padam menahan marah, setelah membayar angkot. Rina langsung menuju tempat duduk
2 orang tadi.
“Nurul!!! Ical!!! ini yah kejutan dari kalian berdua untuk aku? Oke aku
terkejut, sangat terkejut!!! Ical kita putus, dan kamu Rul. Percuma aku
khawatirkan orang yang rebut pacar sahabatnya sendiri” Gertak Rina blak-blakan
tanpa memberi kesempatan Nurul dan Ical bicara, Rina langsung pergi dari café
itu dan naik angkot pulang keasramanya.
Rina tak mau tau lagi apa yang akan terjadi setelah ini, Rina tiba diasrama dan
langsung mehempaskan diri ketempat tidurnya sambil menangis sekuat dia,
Salsapun berniat mendekat tapi bersamaan dengan itu, hape Salsapun berbunyi.
“Halo?” Ujar Salsa yang tampak berbicara serius dengan penelpon diseberang
“Iyah saya segera kesana” Kata Salsa mengakhiri pembicaraannya dengan penelpon
tadi dan bergegas memberitahukan Rina
“Ca, Nurul lagi……” Kata-kata Salsa terputus saat Rina memberi tanda untuk
menyuruh Salsa pergi. Tanpa pikir panjang Salsa pun pergi dengan mata sembab, Rina
tak tau apa alasannya yang jelasnya saat itu Rina merasakan sangat sakit
didadanya. Salsa yang bergegas naik angkot itu sengaja mengirim pesan singkat
ke hape Rina
Triiit…triiit… Rina mengambil hapenya dan membaca isi pesan itu
“Ca, Nurul masuk UGD, kalo kamu mau datang, langsung saja di RS Urip Sidoarjo
ruang UGD”
Rina mulai khawatir, biar bagaimana pun Nurul masih sahabatnya, dia langsung
melupakan sakit yang tengah melanda dadanya itu dan bergegas menyusul ke rumah
sakit yang disebutkan Salsa.
Sepanjang perjalanan Rina berusaha menahan air matanya yang dari tadi mengalir
sambil bergumam, “Nuruuul, kenapa sih kamu tega hianati aku?, kita memang
sering becanda tapi ini lain, Rul. Aku sakit saat aku tau kamu hianati
persahabatan kita. Sekarang ada kejutan apa lagi? Tadi aku liat kamu baik-baik
aja bareng Ical, tapi kamu ko bisa masuk UGD sih? aku harap ini bukan permainan
kamu semata hanya untuk minta maaf padaku. Ini tidak lucu lagi”
Sesampainya dirumah sakit……
Rina langsung berlari menuju ruang UGD, Rina mendengar tangisan histeris yang
keluar dari mulut Salsa.
“Ada apa ini?” Gumam Rina yang membendung air mata, dia memasuki ruangan itu.
Pertama dia melihat Ical dengan sebuah bungkusan imut ditangannya, “Pasti dari
Nurul” pikir Rina. Sakit hatinya kembali muncul, lama dia pandang Ical hingga
Ical berusaha mendekatinya tapi dengan tatapan sinis memendam rasa benci, Rina
meninggalkan Ical yang matanya telah sembab. Rinapun berpikir bahwa sandiwara
apa lagi yang Ical perlihatkan ke dia. Rina menarik nafas dalam-dalam dan
kembali berjalan menuju tempat tidur yang terhalang tirai serba putih, Rinapun
mengibaskan tirai itu, dia lihat disitu ada Salsa dan……
“Nuruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuul……” Teriak Rina histeris, serasa remuk tulang-tulang
Rina saat melihat ditempat tidur diruangan UGD itu, terbaring seorang gadis
tomboy, muka mulus tak tampak lagi, malah yang nampak hanyalah luka-luka dan
muka yang hampir tak bisa dikenali, bersimbah darah tak bernyawa, rambut hitam
lurus terurai begitu saja seakan membiarkan tuannya melumurinya dengan cairan
merah yang mengalir dari kepala tuannya, jilbab yang tadi di kenakannya pun tak
nampak warna dasarnya karena percikan darah. Rina memeluk sahabat yang paling
disayanginya itu, ada rasa sesal dalam hatinya. Kenapa tidak membiarkan
sahabatnya itu menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia kelewat emosi?.
Sesaat itu ada yang menggenggaman hangat lengannya, Rina tak menghiraukan, yang
Rina pikirkan adalah rasa sesal dalam benaknya. Pemilik genggaman itupun
menarik dan memeluknya, kemudian memberikan bingkisan imut yang ada
ditangannya.
“Nih bingkisan buat kamu, kejutan ini yang dari tadi pagi dicari Nurul dan baru
dapat diluar kota, aku mengantar Nurul karena aku juga ingin memberikan kejutan
kecil-kecilan buat kamu, tapi kamu datang saat aku dan dia merencanakan acara
kejutan buat kamu” Jelas Ical sambil memeluk Rina yang semakin berlinang air
matanya saat mengetahui apa isi dari bingkisan itu, buku diary imut, warna pink
sesuai yang dijanjikan Nurul
“Katanya kamu sangat menginginkan buku yang seperti miliknya, nah ini tandanya
dia sangat sayang sahabatnya dan ga mau mengecewakan sahabatnya itu. Tapi tadi
waktu kamu salah tanggap tentang di café itu, dia merasa bersalah banget,
soalnya dia ga pamit dulu ke kamu sebelum minta bantuan ke aku. Dia panik karna
takutnya kamu akan menganggap dia penghianat, akhirnya diapun mengejarmu tanpa
peduliin ramainya kendaraan dan bus itu…………” penjelasan Ical terputus, dia
tidak sanggup lagi meneruskan cerita tragis yang menimpa sahabat mereka itu. Rina
pun masih membiarkan air matanya tetap mengalir di pipinya semakin deras.
“Rul, napa mesti kamu jadi korban egonya aku?, sapa lagi dong yang dengerin
curhat aku?, sapa lagi yang bisa aku ejek? perang bantal kita juga mesti
dilanjut Rul, belum ada yang juara neh, he..he.., eh aku juga mau ngasih contekan
kekamu ko’, Rul bangun dong…jangan becanda, ini ga lucu lagi. Sumpah ini ga
lucu, Rul bangun, kamu napa sih? sukanya buat aku panik. Rul bangun dong” Ujar Rina
setelah melepaskan pelukan Ical, senyum dan berbicara sendiri setelah itu
kembali Rina memeluk jasad sahabatnya itu dan menangis sejadi-jadinya. Salsa
mendekatinya dan memberikan sebuah buku diary milik Nurul
“Kata Nurul, kalo dia tidak dapet buku yang mirip punya dia, buku diarynya ini
buat kamu” Ujar Salsa
Rinapun membuka buku kecil itu, tak sempat membaca halaman pertama, dia membuka
beberapa lembaran berikutnya, hingga Rina pun membaca tulisan Nurul paling
akhir.
Keesokan harinya…….
Hari itu tampak cerah, Rina pergi kesekolah tanpa ditemani Nurul tidak seperti
kemarin-kemarin. Nurul mesti pergi kesuatu tempat yang penting dan Rina tak
boleh tau rencananya itu. Rina disekolah yang sebangku dengan Nurul mesti
memeras otak sendiri tanpa ada teman yang diajak diskusi. Sampai bel pulang
sekolah pun berbunyi, belum ada kabar dari Nurul. Salsa yang ditanya hanya
angkat bahu.
“Duh dah sore gini ko’ Nurul belum hubungi aku sih?” Gumam Rina sambil
mencet-mencet hape dan ketika nomor Nurul yang didapat, Rina pun berniat
menelpon
“Nomor yang anda tuju…..” Jawaban telpon di seberang langsung ditutup oleh Rina
sambil berceloteh “Operator, dimana tuh orang? Nomer dak diaktifin lagi”
Rina pun masih sabar menunggu hingga malam pun larut. “Aku harus nyusul Nurul
nih” Ujarnya sambil narik swetearnya dari jemuran dan pamit ke Salsa. Rina naik
angkot ke pasar malam, dalam perjalanan pun dia rasa melihat 2 seorang yang
sangat dia kenal di sebuah cafe. Rina langsung turun dengan muka yang merah
padam menahan marah, setelah membayar angkot. Rina langsung menuju tempat duduk
2 orang tadi.
“Nurul!!! Ical!!! ini yah kejutan dari kalian berdua untuk aku? Oke aku
terkejut, sangat terkejut!!! Ical kita putus, dan kamu Rul. Percuma aku
khawatirkan orang yang rebut pacar sahabatnya sendiri” Gertak Rina blak-blakan
tanpa memberi kesempatan Nurul dan Ical bicara, Rina langsung pergi dari café
itu dan naik angkot pulang keasramanya.
Rina tak mau tau lagi apa yang akan terjadi setelah ini, Rina tiba diasrama dan
langsung mehempaskan diri ketempat tidurnya sambil menangis sekuat dia,
Salsapun berniat mendekat tapi bersamaan dengan itu, hape Salsapun berbunyi.
“Halo?” Ujar Salsa yang tampak berbicara serius dengan penelpon diseberang
“Ca, Nurul lagi……” Kata-kata Salsa terputus saat Rina memberi tanda untuk menyuruh Salsa pergi. Tanpa pikir panjang Salsa pun pergi dengan mata sembab, Rina tak tau apa alasannya yang jelasnya saat itu Rina merasakan sangat sakit didadanya. Salsa yang bergegas naik angkot itu sengaja mengirim pesan singkat ke hape Rina
Triiit…triiit… Rina mengambil hapenya dan membaca isi pesan itu
“Ca, Nurul masuk UGD, kalo kamu mau datang, langsung saja di RS Urip Sidoarjo ruang UGD”
Rina mulai khawatir, biar bagaimana pun Nurul masih sahabatnya, dia langsung melupakan sakit yang tengah melanda dadanya itu dan bergegas menyusul ke rumah sakit yang disebutkan Salsa.
Sepanjang perjalanan Rina berusaha menahan air matanya yang dari tadi mengalir sambil bergumam, “Nuruuul, kenapa sih kamu tega hianati aku?, kita memang sering becanda tapi ini lain, Rul. Aku sakit saat aku tau kamu hianati persahabatan kita. Sekarang ada kejutan apa lagi? Tadi aku liat kamu baik-baik aja bareng Ical, tapi kamu ko bisa masuk UGD sih? aku harap ini bukan permainan kamu semata hanya untuk minta maaf padaku. Ini tidak lucu lagi”
Sesampainya dirumah sakit……
Rina langsung berlari menuju ruang UGD, Rina mendengar tangisan histeris yang keluar dari mulut Salsa.
“Ada apa ini?” Gumam Rina yang membendung air mata, dia memasuki ruangan itu. Pertama dia melihat Ical dengan sebuah bungkusan imut ditangannya, “Pasti dari Nurul” pikir Rina. Sakit hatinya kembali muncul, lama dia pandang Ical hingga Ical berusaha mendekatinya tapi dengan tatapan sinis memendam rasa benci, Rina meninggalkan Ical yang matanya telah sembab. Rinapun berpikir bahwa sandiwara apa lagi yang Ical perlihatkan ke dia. Rina menarik nafas dalam-dalam dan kembali berjalan menuju tempat tidur yang terhalang tirai serba putih, Rinapun mengibaskan tirai itu, dia lihat disitu ada Salsa dan……
“Nuruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuul……” Teriak Rina histeris, serasa remuk tulang-tulang Rina saat melihat ditempat tidur diruangan UGD itu, terbaring seorang gadis tomboy, muka mulus tak tampak lagi, malah yang nampak hanyalah luka-luka dan muka yang hampir tak bisa dikenali, bersimbah darah tak bernyawa, rambut hitam lurus terurai begitu saja seakan membiarkan tuannya melumurinya dengan cairan merah yang mengalir dari kepala tuannya, jilbab yang tadi di kenakannya pun tak nampak warna dasarnya karena percikan darah. Rina memeluk sahabat yang paling disayanginya itu, ada rasa sesal dalam hatinya. Kenapa tidak membiarkan sahabatnya itu menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia kelewat emosi?.
Sesaat itu ada yang menggenggaman hangat lengannya, Rina tak menghiraukan, yang Rina pikirkan adalah rasa sesal dalam benaknya. Pemilik genggaman itupun menarik dan memeluknya, kemudian memberikan bingkisan imut yang ada ditangannya.
“Nih bingkisan buat kamu, kejutan ini yang dari tadi pagi dicari Nurul dan baru dapat diluar kota, aku mengantar Nurul karena aku juga ingin memberikan kejutan kecil-kecilan buat kamu, tapi kamu datang saat aku dan dia merencanakan acara kejutan buat kamu” Jelas Ical sambil memeluk Rina yang semakin berlinang air matanya saat mengetahui apa isi dari bingkisan itu, buku diary imut, warna pink sesuai yang dijanjikan Nurul
“Katanya kamu sangat menginginkan buku yang seperti miliknya, nah ini tandanya dia sangat sayang sahabatnya dan ga mau mengecewakan sahabatnya itu. Tapi tadi waktu kamu salah tanggap tentang di café itu, dia merasa bersalah banget, soalnya dia ga pamit dulu ke kamu sebelum minta bantuan ke aku. Dia panik karna takutnya kamu akan menganggap dia penghianat, akhirnya diapun mengejarmu tanpa peduliin ramainya kendaraan dan bus itu…………” penjelasan Ical terputus, dia tidak sanggup lagi meneruskan cerita tragis yang menimpa sahabat mereka itu. Rina pun masih membiarkan air matanya tetap mengalir di pipinya semakin deras.
“Rul, napa mesti kamu jadi korban egonya aku?, sapa lagi dong yang dengerin curhat aku?, sapa lagi yang bisa aku ejek? perang bantal kita juga mesti dilanjut Rul, belum ada yang juara neh, he..he.., eh aku juga mau ngasih contekan kekamu ko’, Rul bangun dong…jangan becanda, ini ga lucu lagi. Sumpah ini ga lucu, Rul bangun, kamu napa sih? sukanya buat aku panik. Rul bangun dong” Ujar Rina setelah melepaskan pelukan Ical, senyum dan berbicara sendiri setelah itu kembali Rina memeluk jasad sahabatnya itu dan menangis sejadi-jadinya. Salsa mendekatinya dan memberikan sebuah buku diary milik Nurul
“Kata Nurul, kalo dia tidak dapet buku yang mirip punya dia, buku diarynya ini buat kamu” Ujar Salsa
Rinapun membuka buku kecil itu, tak sempat membaca halaman pertama, dia membuka beberapa lembaran berikutnya, hingga Rina pun membaca tulisan Nurul paling akhir.
Sesampainya dirumah sakit……
Rina langsung berlari menuju ruang UGD, Rina mendengar tangisan histeris yang keluar dari mulut Salsa.
“Ada apa ini?” Gumam Rina yang membendung air mata, dia memasuki ruangan itu. Pertama dia melihat Ical dengan sebuah bungkusan imut ditangannya, “Pasti dari Nurul” pikir Rina. Sakit hatinya kembali muncul, lama dia pandang Ical hingga Ical berusaha mendekatinya tapi dengan tatapan sinis memendam rasa benci, Rina meninggalkan Ical yang matanya telah sembab. Rinapun berpikir bahwa sandiwara apa lagi yang Ical perlihatkan ke dia. Rina menarik nafas dalam-dalam dan kembali berjalan menuju tempat tidur yang terhalang tirai serba putih, Rinapun mengibaskan tirai itu, dia lihat disitu ada Salsa dan……
“Nuruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuul……” Teriak Rina histeris, serasa remuk tulang-tulang Rina saat melihat ditempat tidur diruangan UGD itu, terbaring seorang gadis tomboy, muka mulus tak tampak lagi, malah yang nampak hanyalah luka-luka dan muka yang hampir tak bisa dikenali, bersimbah darah tak bernyawa, rambut hitam lurus terurai begitu saja seakan membiarkan tuannya melumurinya dengan cairan merah yang mengalir dari kepala tuannya, jilbab yang tadi di kenakannya pun tak nampak warna dasarnya karena percikan darah. Rina memeluk sahabat yang paling disayanginya itu, ada rasa sesal dalam hatinya. Kenapa tidak membiarkan sahabatnya itu menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia kelewat emosi?.
Sesaat itu ada yang menggenggaman hangat lengannya, Rina tak menghiraukan, yang Rina pikirkan adalah rasa sesal dalam benaknya. Pemilik genggaman itupun menarik dan memeluknya, kemudian memberikan bingkisan imut yang ada ditangannya.
“Nih bingkisan buat kamu, kejutan ini yang dari tadi pagi dicari Nurul dan baru dapat diluar kota, aku mengantar Nurul karena aku juga ingin memberikan kejutan kecil-kecilan buat kamu, tapi kamu datang saat aku dan dia merencanakan acara kejutan buat kamu” Jelas Ical sambil memeluk Rina yang semakin berlinang air matanya saat mengetahui apa isi dari bingkisan itu, buku diary imut, warna pink sesuai yang dijanjikan Nurul
“Katanya kamu sangat menginginkan buku yang seperti miliknya, nah ini tandanya dia sangat sayang sahabatnya dan ga mau mengecewakan sahabatnya itu. Tapi tadi waktu kamu salah tanggap tentang di café itu, dia merasa bersalah banget, soalnya dia ga pamit dulu ke kamu sebelum minta bantuan ke aku. Dia panik karna takutnya kamu akan menganggap dia penghianat, akhirnya diapun mengejarmu tanpa peduliin ramainya kendaraan dan bus itu…………” penjelasan Ical terputus, dia tidak sanggup lagi meneruskan cerita tragis yang menimpa sahabat mereka itu. Rina pun masih membiarkan air matanya tetap mengalir di pipinya semakin deras.
“Rul, napa mesti kamu jadi korban egonya aku?, sapa lagi dong yang dengerin curhat aku?, sapa lagi yang bisa aku ejek? perang bantal kita juga mesti dilanjut Rul, belum ada yang juara neh, he..he.., eh aku juga mau ngasih contekan kekamu ko’, Rul bangun dong…jangan becanda, ini ga lucu lagi. Sumpah ini ga lucu, Rul bangun, kamu napa sih? sukanya buat aku panik. Rul bangun dong” Ujar Rina setelah melepaskan pelukan Ical, senyum dan berbicara sendiri setelah itu kembali Rina memeluk jasad sahabatnya itu dan menangis sejadi-jadinya. Salsa mendekatinya dan memberikan sebuah buku diary milik Nurul
“Kata Nurul, kalo dia tidak dapet buku yang mirip punya dia, buku diarynya ini buat kamu” Ujar Salsa
Rinapun membuka buku kecil itu, tak sempat membaca halaman pertama, dia membuka beberapa lembaran berikutnya, hingga Rina pun membaca tulisan Nurul paling akhir.
Ga’ kelupaan “MET ULTAH RINA, MY FRIENDSHIP”
Rina menutup diary Nurul, semakin berlinang air mata Rina. Yah apapun yang Nurul akan beri untuk Rina, bahkan nyawanya seperti sekarang yang Rina alami. Nurul takut kalo Rina menganggap dirinya berkhianat karena sudah lancang mengajak Ical untuk mengantarnya, hingga dia tak pedulikan lagi ramainya kendaraan dijalan yang membuat dirinya menghadap sang Ilahi.
Esok harinya, jasad Nurulpun dimakamkan dikampung halamannya. Setelah dikebumikan, Rina mengusap kembali nisan sahabatnya sambil berlinang air mata. Tertulis dinisan itu “Nurul Utami binti Muh. Awal, Lahir 14 Mei 1989, Wafat 13 Mei 2003”, sehari sebelum hari jadinya.
“Nurul, sahabat macam apa aku, hari jadi kamu pun aku tak tau, Rul selamat ulang tahun yah, hanya setangkai bunga dan kiriman doa yang dapat aku beri ke kamu, istirahat dengan tenang yah sahabatku” Ujar Rina sambil berdoa dan kemudian meninggalkan gundukan tanah yang masih merah itu.
0 komentar:
Posting Komentar