Label: ,

CERPEN : Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali


Keheningan malam, hembusan angin yang dingin, dan ribuan bintang, serta sinar rembulan di langitlah yang menemani malam minggu Sari kali ini. Berbeda dengan malam minggu sebelumnya yang hanya les dan les. Kali ini Sari hanya duduk di atas rumput samping rumahnya sambil melihat bintang-bintang yang indah di langit, tanpa membaca buku apapun karena guru yang biasanya membimbing dia les sedang sakit. Tiba-tiba  Handphone disampingnya berdering dengan nada lagu ‘Butiran Debu dari Rumor’.Itu loh, lagu galau yang saat ini lagi ngebuming banget.
Telepon itu dari Dana, Dana adalah teman dekat Sari sekaligus sahabatnya. Mereka berdua adalah murid kelas X di salah satu SMAN ternama di kota yang terkenal akan buah apelnya, yaitu Malang - Jawa Timur. Namun Sari berada di kelas X–2, sedangkan Dana berada di kelas X–1. Usia mereka 16 tahun. Dengan segera Sari mengangkat teleponnya “Ada apa Dan?”Tanya Sari. “Nggak ada apa – apa, aku cuma kangen sama kamu, besok kamu ada acara nggak?”Ujar Dana. “Nggak”Jawab Sari. “Ikut aku yuk, ke rumahnya Dimas, pinjam buku biologi. Buat tugas hari Senin”Ajak Dana.”Okey” Jawab Sari. “Aku jemput kamu jam 08.00 ya?”Tawar Dana.”Iya, udah dulu ya aku lagi sibuk nih”Sahut Sari sambil menutup teleponnya. Sari sengaja membohongi Dana karena dia ingin menikmati malam minggunya yang langka ini. Sari memandang langit dan berusaha menghitung bintang-bintang  yang indah di atas sana. Namun usahanya sia-sia setelah beberapa kali menghitung Sari tidak menemukan jumlah yang pasti, pada akhirnya Sari pun menyerah. Dan rasa kantuk yang menderanya memaksa dia untuk menuju ke pulau impian. 
Keesokan harinya tepat pukul 08.00 Dana sudah berada di depan rumah Sari. Dengan segera mereka berangkat ke rumah Dimas. Namun sesampainya di rumah Dimas tak ada satu  orang pun disana. Akhirnya mereka memutuskan untuk  pergi ke Taman Kota. Sesampainya di sana mereka duduk di bangku taman itu. “Sar, aku sayang sama kamu”Ucap Dana sambil memegang tangan Sari. ”Dan gimana kalau kita pulang, soalnya tadi Mamaku pesen, katanya nggak boleh lama - lama keluarnya”Sahut Sari sambil melepaskan genggaman Dana. Sari berusaha mengalihkan pembicaraan karena dia tidak ingin persahabatannya rusak hanya karena cinta. Dana pun tidak dapat berkata-kata lagi dan akhirnya mereka pun pulang. 
Hari – hari Sari terasa begitu berarti dengan kehadiran Dana disisinya, selain sebagai teman curhat Dana juga bisa menjadi pelipur lara bagi Sari disaat hatinya dilukai oleh cowok-cowok playboy yang tidak bertanggung jawab. Setiap kali Sari disakiti, Dana dengan sendirinya akan datang, tanpa Sari panggil, seakan ada ikatan batin antara mereka berdua. Dana memang mempunyai rasa sayang dan cinta yang teramat besar terhadap Sari, namun Sari tidak bisa membalas rasa itu karena dia sangat mencintai kekasihnya. Rendi adalah nama dari kekasih Sari. Rendi berbeda Sekolah dengan Sari, tapi jarak Sekolah mereka relatif dekat, hanya sekitar 2 km. Rendi setahun lebih tua dari pada Sari, dia duduk di kelas XI. Rendi adalah cowok yang terkenal suka gonta-ganti cewek, namun Sari tak pernah memperdulikan stigma negatif itu, karena dimata  Sari tetap Rendilah sosok  yang paling sempurna di dunia ini.
Di kemudian hari Sari melihat kekasihnya sedang memeluk tubuh seorang gadis cantik di sebuah tempat makan dekat dengan sekolahya. Ternyata gadis itu adalah Luna. Luna adalah mantan Rendi. Sejak 6 bulan lalu mereka putus, itu pun karena Sari. Awalnya, mungkin tepatnya 9 bulan yang lalu  memang Sari tidak mengetahui bahwa kekasihnya, Rendi sudah memiliki perempuan lain sebelum dirinya, namun setelah Sari tahu akan hal itu, dia tetap melanjutkan hubungannya dengan Rendi. Sari sama sekali tidak mempedulikan perasaan Luna. Mungkin itu semua karena cintanya terhadap Rendi yang teramat besar.
Betapa pedihnya hati Sari melihat semua itu air mata Sari tak henti-hentinya mengalir. Bagaikan hujan deras yang tiada henti. Dengan segera ia keluar dari tempat itu dan langsung pulang tanpa sepengetahuan dari Rendi dan Luna. Di sepanjang perjalanan pulang hanya Dana yang ada dibenaknya. Dia berfikir bahwa hanya Dana yang bisa menenangkannya saat ini. Sesampainya di rumah dia segera menelfon Dana, namun tak ada jawaban dari Dana. SMS dari Sari pun juga tak kunjung dibalas.  
Keesokan harinya, sesampainya di Sekolah Sari langsung menuju ke kelas Dana yang berada tidak jauh dari kelasnya. Sari sangat terkejut melihat Dana memegang tangan seorang perempuan yang juga satu kelas dengan Dana. “Maaf, aku ganggu ya?.”Tanya Sari.”nggak kok Sar, Ada apa?tumben kamu kesini?”Ujar Dana sambil melepaskan genggamannya.”Nggak ada apa – apa kok, ya udah lanjutin aja pacarannya”Ucap Sari sambil memalingkan badan dan langsung menuju ke kelasnya. Sari duduk di bangkunya dan terucap dalam hatinya “Ternyata ini jawaban atas teleponku yang nggak diangkat dan SMSku yang nggak dibalas Dana kemarin. Dana aku butuh kamu, cuma kamu yang bisa nenangin aku, aku nggak tau harus ngapain sekarang?”. Tak terasa air mata pun mengalir di pipi Sari.”Kamu kenapa?”Tanya Linda, teman sebangku Sari. “Nggak kenapa-kenapa kok.” Jawab Sari sambil mengusap air matanya. “Gara-gara Rendi lagi?.”Tanya Linda. “Nggak kok, bukan karena dia, udah deh nggak usah dibahas, Bu Wulan tuh”. Jelas Sari sambil mengambil buku di tasnya.  
Ketika bel pulang Sekolah berbunyi Sari segera mengambil sepedanya dan menuju ke Taman Kota tempat yang sering ia dan Dana datangi. Setibanya di sana Sari membuka laptopnya dan mengupdate status di facebooknya. Di statusnya dia menulis ‘Andai waktu bisa kuputar kembali’. 
 Sari sekarang baru menyadari bahwa selama ini dia telah menyianyiakan seseorang yang sangat menyayanginya dengan tulus bukan karena ada apanya, tapi karena apa adanya. Dan Kasih sayang yang tulus itu lebih berarti dari pada Cinta Buta. Namun semuanya telah terjadi. Apa pun yang dilakukannya tidak akan bisa menjadikan keadaan seperti dulu lagi, kini Dana yang dulu menyayanginya dengan sepenuh hati telah mendapatkan pujaan hatinya. Dan Sari harus menerima semua ini dengan hati yang Ikhlas. Kebahagiaan Dana tentu kebahagiaan baginya pula.


 Penulis : Lolita Setyaningrum

0 komentar:

Posting Komentar

_

Pages